Friday, March 14, 2008

Yang Tersisa dari Prajab Surabaya (2-Habis)


"Saya Tidak tahu Padahal saya Tahu"
Salah satu materi dalam ruangan yang paling berkesan adalah ketika pemandunya (Widyaiswara)yang bergelar Profesor itu melontar tesis "saya tidak tahu, padahal saya tahu". Dia bercerita pada mulanya tidak bisa menulis namun suatu ketika setelah kuliah dia bisa lancar sekali menulis. Dia merasa tidak tahu padahal tahu. Pengalaman itu persis sebagaimana yang saya alami ketika waktu SMP-SMA. Waktu itu bikin surat untuk orang yang saya senangi aja masih minta bantuan. Namun setelah mencoba, dan dukungan lingkungan teman-teman Pers Mahasiswa, maka mulailah menulis setiap kata demi kata hingga sekarang.
"Diskusi Kelompok yang mengasyikan"
Sangat disayangkan forum diskusi yang disampaikan widyaiswara tidak termanfaatkan secara maksimal seluruh peserta. Padahal forum-forum itu sangat baik sekali sebagai sarana latihan terlebih bagi para Calon Hakim. Bukankah Hakim itu senang bertanya sama para pihak atau terdakwa? bila di forum seperti itu saja sudah takut bertanya dan berargumentasi maka sungguh sangat disayangkan. Mereka yang dominan bicara atau banyak berperan di Prajab adalah para peserta yang memang di masa kuliah dulu punya background/ latar belakang berorganisasi. Itulah pentingnya belajar berorganisasi sewaktu kuliah, besar sekali manfaatnya dikemudian hari.

Kekuatan 55
Sebuah sandi yang di ajari komandan tentara yang melatih Baris-berbaris dari Kodam V Brawijaya. Menurutnya bila diserukan; "Kekuatan!!!" Maka Jawab serempak; "55", adalah kekuatan maksimal dari kesiapsiagaan. Begitu pula para peserta prajab telah berkomitmen untuk terus berkuatan 55 sekembalinya ke instansinya masing-masing untuk melakukan perubahan. Bila mimpi perubahan hanya dilakukan satu orang maka itu hanyalah mimpi belaka, tapi bila mimpi itu dilakukan oleh banyak orang maka mimpi itu segera jadi kenyataan.
Orasi Yang Menggelegar
Setiap kelompok mendapat giliran menjadi petugas Apel pagi. Salah satunya adalah menjadi pembina apel. Pada hari ke 13, satu hari menjelang penutupan giliran Kelas A mendapat jatah itu. Kesempatan apel pagi saya gunakan menjadi pembina dimana saya dapat berbicara apa saja tanpa interupsi. Tanpa terduga meluncurlah orasi yang katanya lantang dan menggugah atmosfir audien. Ada 3 point yang saya sampaikan pada kesempatan itu yakni; (1) agar semua peserta menjaga tali silaturahmi dan persaudaraan yang telah terbangun. (2) Agar Peserta mengamalkan ilmu yang telah didapat baik untuk diri sendiri maupun lingkungan sekitar. (3) Bagi peserta yang belum tuntas konsolidasi perasaannya segera dituntaskan setidaknya sampai malam Inagurasi agar tidak ada kekecewaan dikemudian hari.

No comments:

Post a Comment