Wednesday, September 19, 2007
Jogja “Ngabuburit”
Setiap bulan puasa tiba istilah “ngabuburit” menjadi kosakata yang sering disebut. Kosakata itu berdampingan dengan kata Ibadah , puasa, taraweh, buka, kolak dan sebagainya. Saya tidak tau siapa yang pertama mempopulerkannya. Menurut cerita yang beredar kata itu muncul dalam genre remaja gaul masa kini. Katanya ngabuburit itu “Jalan-jalan sore” karena bulan puasa maka di tambah “menjelang buka puasa”.
Tidak ketinggalan tentunya terlebih Jogja karena kotanya Pelajar dan Mahasiswa. Kini tiap sore sudut-sudut kota ramai hiruk pikuk sepeda motor menggantikan peran konon cerita sepeda Onthel yang pada tahun delapan puluhan menjadi primadona. Bahkan di beberapa titik persimpangan kini sudah mulai macet tiru-tiru Jakarta.
Sebelum di tutup, kompleks kawasan UGM merupakan tempat paling ramai untuk ngabuburit. Tapi sekarang tiap jam 2 siang gerbang utama kampus itu sudah tidak boleh untuk aktifitas apalagi yang berbau ngabuburit. Kini paling hanya sepetak Boulevard & sepanjang Jakal saja. Terlebih telah muncul wahana baru modern di Jalan Solo sedikit banyak memecah konsentrasi massa untuk ngabuburit alternatif.
Kawasan lain yang menjadi sentra ngabuburit dan terlihat terkelola misalnya di Kampung Jogokariyan. Sepanjang jalan itu juga penuh dengan aneka warna-warni jajan kebutuhan buka puasa. Ramainya tidak kalah dengan kawasan lain meski dengan format yang berbeda.
Salah satu ciri khas ngabuburit di kawasan UGM tentu lambaian penjaja kolak tiban dari para mahasiswa yang tentunya juga cantik. Mungkin ini yang menjadi bumbu tumpah ruahnya muda-mudi suka ngabuburit di sana. Saya sendiri tidak yakin kalau mereka yang cantik itu jual kolak untuk cari misalnya pendapatan. Seperti yang lain, laiknya pembeli dan penjual saya lebih yakin mereka ada ya karena enjoy aja, ......NgAbUbUrIt.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Aku di ajak ndak mas...
ReplyDelete