Sunday, December 9, 2007

Ikhlas Berkorban dan Suka Memberi

Apabila tidak ada kejadian yang luar biasa para ahli hisab telah memperkirakan bahwa tanggal 20 Desember 2007 merupakan hari raya Idul Adha 1428 H bagi umat Islam di Indonesia. Tradisi ritual tahunan itu merupakan napak tilas dari peristiwa ujian keluarga Nabi Ibrahim yang diperintahkan untuk menyembelih puteranya yakni Nabi Ismail.

Karena kesiapan dan keihklasan menerima perintah itu Allah kemudian menyuruh Nabi Ibrahim mengganti prosesi penyembelihan Nabi Ismail dengan seekor qibas (Domba) yang kemudian pada zaman Nabi Muhammad tradisi penyembelihan hewan itu diteruskan dan di sebut pula dengan hari raya qurban.

Inilah bentuk pengorbanan yang luar biasa dari diri Nabi Ibrahim. Betapa tidak. Seorang anak yang kelahirannya saja telah ditunggu seabad lebih, yang baru tumbuh menjadi pemuda cerdas, tampan, dan menawan, justeru diperintahkan oleh Allah untuk disembelih.

Juga pengorbanan luar biasa dari diri Nabi Ismail yang telah rela menyerahkan jiwa dan raganya untuk mengabdi kepada Allah. Pengorbanan dari dua orang Bapak dan Anak yang memberikan keturunan dan ajaran tiga agama di dunia, yakni Yahudi, Kristen dan Islam.

Tradisi lain dari ajaran Nabi Ibrahim adalah ziarah ke Baitullah di Makkah Arab Saudi atau ibadah Haji bagi siapa saja yang mampu melaksanakannya baik secar fisik maupun materi (ongkos biaya).


Semangat berhaji bagi masyrakat Islam Indonesia sungguh luar biasa, bahkan untuk dua tahun yang akan datang daftar tunggunya telah penuh dipesan. Seringkali kali terlihat ibadah itu di lakukan berkali-kali. Padahal kewajiban untuk itu hanya sekali.

Kondisi itu seringkali kontras dengan lingkungan sosial sekitar yang masih banyak hidup serba kekurangan. Apabila anggaran naik haji itu juga bisa ikut mengentaskan problem sosial seperti yang masih kekurangan tentu dampaknya juga luar biasa dan Insya Allah amalnya tetap besar di sisi Allah.

Bagi masyarakat Indonesia, haji berdimensi pula pada ruang sosial. Status sosial sesorang yang telah menunaikan ibadah haji menjadi meningkat, termasuk sorotan perilaku hubungannya dengan masyarakat dan peningkatan beribadahnya. Bahkan berhak pula atasnya kehormatan menyandang gelar Haji pada nama depannya.

Namun ada pula predikat yang lain secara agama bagi orang yang telah berhaji itu, yakni predikat haji mabrur. Menurut keterangan hadist predikat haji mabrur itu di tandai dengan suka memberi (tidak pelit/suka membantu). Hal itu tentu selaras dengan paparan diatas bagi mereka yang telah berhaji maka berkewajiban sebagimana perusahaan terkena CSR (cost social responsibility).

Itulah hikmah terpenting menurut saya dari hari raya Idul adha; yakini Ikhlas berkorban dan suka memberi. Apakah kita sudah melakukanya?

No comments:

Post a Comment